Kursus Menjahit Kaos Distro Bandung

Tantangan Usaha Konveksi

Usaha konveksi termasuk usaha yang fluktuatif, mengapa demikian, karena usaha ini berbasis pada mode dan siklus permintaan yang sangat beragam. Usaha konveksi masuk dalam usaha fashion atau mode dimana driver dari usaha ini seberapa kreatif pengusaha konveksi melempar produknya kepada pasaran dan diserap.

Berikutnya terkait dengan siklus permintaan, secara umum permintaan akan produk konveksi terjadi pada 3 bulan terakhir menjelang lebaran dimana itu adala peak session dari penjualan produk fashion terjadi, selebihnya usaha konveksi memasuki permintaan produk yang beragam. Selain hal tersebut, berikut ini tantangan usaha konveksi yang perlu dijawab oleh para pelaku usaha konveksi.

1. Bahan Konveksi
Sampai hari ini, tercatat 96 persen produk kapas adalah impor, baik dari pakistan, india, china, uganda, australia dan amerika serikat. Dan hanya 4 persen saja produk dalam negeri yang kebanyakan dikembangkan di kawasan timur Indonesia. Kelangkaan bahan inilah yang menyebabkan harga produk fashion tidak setabil karena sangat terpengaruh oleh valas dan tingkat produksi negara eksportir kapas.

2. Mesin Produksi
Mesin tenun dan rajut serta jahit sampai hari ini masuh impor. Mesin tenun banyak beredar produk Jepang dan China. Produk Jepang relatif lebih mahal daripada produksi China, dan rasanya belum ditemukan mesin produksi dalam negeri.

3. SDM
Banyak pengusaha konveksi mengeluhkan perihal kualitas SDM konveksi. Umumnya bukan pada skills dan knowledge, tetapi lebih pada attitude dari pekerja. Selain itu juga faktor persaingan antara usaha garmen besar dengan konveksi kecil. Untuk kondisi saat ini di Bandung, banyak usaha besar yang tidak memberikan persyaratan teknis bagi penjahit, sehingga penjahit yang telah dididik oleh UKM konveksi akhirnya berbondong-bongdong masuk pabrik besar, sehingga UKM konveksi harus merekrut dan mendidik tenaga kerja dari nol lagi. Kondisi ini berlangsung sudah cukup lama, dan puncaknya terjadi saat paska lebaran dengan adanya migrasi pekerja konveksi.

4. Birokrasi
Hal lain yang perlu diatasi adalah masalag birokrasi, mulai dari surat ijin produksi, SIUP dan lainnya yang dipandang membebani para pelaku usaha konveksi pemula.

5. Sistem Perdagangan
Secara umum, sistem perdagangan biasanya dikendalikan oleh tengkulak, sehingga para produsesn sangat tergantung dengan mekanisme pasar yang terjadi di Tanah Abang misalnya. Pekerja hanys kirim produk dan margin penjualan kebanyakan dinikmati oleh para tengkulak.

6. Persaingan dengan Produk China
China menguasai alat produksi, rendahnya biaya tenaga kerja, mudahnya sistem produksi dan bahan kapas. Kondisi ini yang menyebabkan Indonesia dibanjiri produk fashion dari China yang harganya tidak masuk akal. Tentu ini menjadi tantangan tersendiri bagi usaha lokal untuk bangkit.

Kita pasti bisa mengatasi masalah-masalah tersebut.
Salam Konveksi.



www.sekolahjahit.com
Clothing Academy